ASUHAN KEPERAWATAN : DISFUNGSI NEUROVASKULER PERIFER POST ORIF DENGAN TINDAKAN ELEVASI 200 PADA EKSTREMITAS BAWAH DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

Authors

  • Helmi Juhri Sibarani Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Medan
  • Nina Olivia Program Studi Keperawatan, Akper Kesdam I/BB Medan, Indonesia
  • Virginia Syafrinanda Program Studi Keperawatan, Akper Kesdam I/BB Medan, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.55681/sentri.v2i12.1803

Keywords:

Asuhan Keperawatan, Disfungsi Neurovaskuler Perifer, Post Op Orif, Tindakan Elevasi 200.

Abstract

Tindakan pembedahan ORIF merupakan tindakan medis untuk patah tulang yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi fraktur kebentuk semula. Tindakan Post Op ORIF pada ekstremitas bawah akan menimbulkan masalah nyeri dan hambatan mobilitas fisik, apa bila di abaikan akan mengakibatkan resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer. Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan asuhan keperawatan tindakan elevasi 20 derajat yang berguna untuk membantu vena mengembalikan darah yang cedera menuju jantung sehingga mengurangi masalah berupa nyeri, edema dan gangguan neurovaskuler lainnya. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan studi kasus asuhan keperawatan  dimulai dari pengkajian, diagnosa,intervensi, implementasi dan Evaluasi keperawatan pada dua orang pasien post orif hari ke 3 dan mengalami gangguan neurovaskuler selama 3x24 jam. Intervensi keperawatan merujuk pada SIKI 2018. Hasil: penelitian ini menunjukkan bahwa pemberiaan tindakan asuhan keperawatan elevasi 200 efektif mengurangi masalah disfungsi Neurovaskuler. Kesimpulan: asuhan keperawatan dengan tindakan elevasi 200 pada pasien yang mengalami disfungsi neurovaskuler Perifer pasca ORIF dapat mengurangi masalah edema, nyeri dan gangguan pergerakan.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Apley, G.A & Solomon, L. (2018). Apley and Solomon’s system of Orthopedics andtrauma.https://www.taylorfrancis.com/bppks/edit/10.4324/9781315118192/apley-solomon-system-orthopaedics-tauma-ashley-blom-david-warwick-michael-whitehouse

Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban Patria

Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Debora, O. (2011). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika.

Doengus, Marilynn E., dkk. 2015. Manual Diagnosis Keperawatan: Rencana, Intervensi & Dokumentasi Asuhan keperawatan, Edisi 3. Jakarta: ECG.

Frykberg, R.G. (2002). Diabetic Foot Ulcer: Pathogenesis and Management. American Family Phisician. Volume 66 Number 9.

Herdman, T.H. & Shigemi, K . (2018). NANDA – I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018 – 2020. Jakarta : EGC.

Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan 2012-2014 Edisi 9. Jakarta: EGC.

Kidd, P.S., 2011. Pedoman Perawatan Emergency. Jakarta: EGC.

Kisner, C., & Colby, LA (2012). Terapeutik latihan : Dasar dan Tehnik(Edisi ke-6). Perusahaan FA Davis.

Kolawak, J.P & Huges, A.S. 2010. Buku Saku Tanda dan Gejala: Pemeriksaan Fisik dan Anamnenis, Penyebab, TIP Klinis, Ed.2. Jakarta. EGC

Lukman & Ningsih, N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Lukman & Ningsih N. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Disfungsi Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Makmuri H & Ridwan K. The correlation between education levels toward anxiety levels of fracture femur pre operated patient at Prof. Dr. Margono Soekarjo Hospital of Purwokerto. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol 3 No 2: 108- 115; 2007. http://docplayer.info/52314315-Jurnal-ilmiah-kesehatan-keperawatan-volume-3-no-2-juni-2007.html

Marlina, TT (2015). Efektivitas latihan lutut terhadap penurunan intensitas nyeri pasien osteoarthritis lutut di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(1), 44-56.

Mosti, G. (2013). Relevance of stiffness of compression material on venous hemodynamics and edema. Veins and Lymphatics, 2(1), 9. https://doi.org/10.4081/v1.2013.e9

Mwaka, G., Thikra, S., & Mung'ayi, V. (2013). Itu prevalensi nyeri pasca operasi dalam 48 jam pertama setelah operasi hari di rumah sakit tersier di Nairobi.Ilmu Kesehatan Afrika, 13( 3), 768–776. doi: 10.4314/ahs.v13i3.36

Naga, S. S. (2013). Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. ( putri erine Nareswati, Ed.) (IV). Yogyakarta: DIVA press

Noor, Zairin. 2016. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Noor Helmi,2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Salemba Medika

Potter, & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktif Edisi 4 Vol 2. Jakarta : EGC.

Price, SA, Wilson, LM. (2014). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC

Purwanty, et al,.(2021). Elevasi 20 Derajat Untuk Mengurangi Pembengkakan dan Nyeri Setelah Reduksi Terbuka Ekstremitas Bawah dan Bedah Fiksasi Internal. JKT. Vol 24 (3). Hal 131-139. http://repository.unar.ac.id/jspui/bitstream/123456789/1/131-139.pdf

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2018.

http://www.kesmas.kemenkes.go.id/assets/upload/dir_519d41md8cd98f00/files/Hasilriskesdas- 2018

Rosyidi, K,. (2013). Muskuloskeletal. DKI Jakarta : CV. Trans invo media

Ropyanto, C.B., & Sitorus, R, & Eryando, T. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Fungsional Pasca ORIF Fraktur Ekstremitas. https://jurnal.unimus.ac.id diperoleh tanggal 5 Mei 2019

Sharr, PJ, Mangupli, MM, Winson, IG, & Buck- ley, RE (2016). Pilihan manajemen saat ini untuk fraktur kalkaneus intra-artikular pengungsi: non-operatif, ORIF, reduksi dan fiksasi minimal invasif atau ORIF primer dan arthrodesis subtalar. Sebuah tinjauan kontemporer.Bedah Kaki dan Pergelangan Kaki,22(1), 1-8.doi: 10.1016/j.fas.2015.10.003

Simon, E. B. (2014). Leg Edema Assement and Management. Retrieved from http://doi.org/10.2519/josp.1986.8.1.30

Singh, R., Kamal, T., Roulohamin, N., Maoharan, G., Ahmed, B., Jones, R., & Hunt, A. (2014). Fraktur pergelangan kaki: Sebuah tinjauan literatur metode pengobatan saat ini. Buka Jurnal Ortopedi,4(11), 292–303. doi: 10.4236/ojo.2014.411046.

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong. (2017). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, Jong. 2010. Ilmu Bedah edisi 2. EGC. Jakarta

Smeltzer S.C & Bare B.G, (2013) atau setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, Roux G & Lockhart R, 2013)

Smelzer, S. C., & Barre, B.G. (2017). Buku ajar keperawatan medical-bedah Brunner & Suddarth. Journal of Chemical Information and Modeling

Solomon, L., Warwick, D., Nayagam, S., & Apley AG (2010). Sistem ortopedi dan fraktur Apley (Edisi ke-9.).Hodder Arnold

Sukmana, M. (2016). Penggunaan ERLEES 300 dan 450 terhadap Circumference Edema, Kenyamanan dan Fungsi pada Ulkus Kaki Diabetes di Rumah Sakit Samarinda, 16-47. Retrieved from htttp://repository.umy.ac.id/handle/123456789/7534

Vasanad, GH, Antin, SM, Akkimaradi, RC, Policepatil, P., & Naikawadi, G. (2013). Manajemen bedah fraktur dataran tinggi tibialis - Sebuah studi klinis.Jurnal Penelitian Klinis dan Diagnostik,7(12), 3128–3130.doi: 10.7860/JCDR/2013/7249.3894

Wilkinson, Judits M ., Ahern, Nancy R. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9 (NANDA 2013). Jakarta: ECG

World Healty Organization (WHO).2019. Fraktur diakses https://www.bing.com/search?q=WHO+2019+FRAKTUR&cvid=4bb32a2fa43c444f8f50bb8f5fbff045&aqs=edge..69i57j69i64.23384j0j1&pglt=43&FORM=ANNTA1&PC=U531#:~:text=https%3A//yankes.kemkes.go.id%20%E2%80%BA%20unduh%20%E2%80%BA%20fileunduhan

Downloads

Published

2023-12-08

How to Cite

Sibarani, H. J., Olivia, N., & Syafrinanda, V. (2023). ASUHAN KEPERAWATAN : DISFUNGSI NEUROVASKULER PERIFER POST ORIF DENGAN TINDAKAN ELEVASI 200 PADA EKSTREMITAS BAWAH DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(12), 5014–5026. https://doi.org/10.55681/sentri.v2i12.1803