GAMBARAN NILAI C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DEMAM TIFOID

Authors

  • Herlinda Djohan Poltekkes Kemenkes Pontianak
  • Deara Zanika Intan Pristanty Poltekkes Kemenkes Pontianak
  • Sri Tumpuk Poltekkes Kemenkes Pontianak
  • Imma Fatayati Poltekkes Kemenkes Pontianak
  • Hendra Budi Sungkawa Poltekkes Kemenkes Pontianak

Keywords:

Demam Tifoid, C-Reactive Protein (Crp)

Abstract

Abstract: Demam tifoid merupakan penyakit infeksi bersifat sistemik disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enteritica serotipe typhi (S. typhi) pada pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik dengan gambaran adanya bakteremia disertai inflamasi yang dapat merusak usus dan organ-organ hati. C-Reactive Protein (CRP) adalah protein fase akut yang ada dalam serum normal. CRP akan meningkat secara signifikan jika terjadi kerusakan jaringan, infeksi bakteri dan virus, inflamasi, dan malignat neoplasia.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran

Metode penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Populasi sampel berjumlah 30 pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran nilai C-Reactive Protein pada penderita Demam Tifoid yang telah positif.

Hasil penelitian menunjukkan pasien demam tifoid yang berumur ≤25 tahun paling banyak memiliki nilai CRP 96 mg/L, sedangkan yang berumur ≥26 tahun paling banyak memiliki nilai CRP 48 mg/L. Pasien demam tifoid laki-laki paling banyak memiliki nilai CRP 48 mg/L, sedangkan pasien perempuan paling banyak memiliki nilai CRP 96 mg/L. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasien demam tifoid dengan lama demam ≤5 hari paling banyak memiliki nilai CRP 48 mg/L, sedangkan pasien dengan lama demam 6-10 hari paling banyak memiliki nilai CRP 96 mg/L. Guna mencegah dan menurunkan tingginya nilai CRP,

Downloads

Download data is not yet available.

References

(Afifah NR, Pawenang ET. 2019. Kejadian demam tifoid pada usia 15-44 tahun. Higeia Journal of Public Health. 3(2).

Bedah S. 2019. Gambaran titer CRP pada demam akut pasien demam berdarah dengue (DBD) dan demam tifoid pada usia 3 tahun periode Januari 2017-Juni 2018 di Rumah Sakit Hermina Kemayoran. Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan. 5(2).

Cita YP. 2011. Bakteri Salmonella typhi dan demam tifoid. Jurnal Kesehatan Masyarakat September - Maret 2011. 6(1).

Handayani NPDP, Mutiarasari D. 2017. Karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat demam, kadar hemoglobin, leukosit dan trombosit penderita demam tifoid pada pasien anak di RSU Anutapura tahun 2013. Jurnal Ilmiah Kedokteran. 4(2).

Harti AS, Yuliani D. 2010. Pemeriksaan widal slide untuk diagnosa demam tifoid.

Idhayu AT, Chen LK, Suhendro S, Abdullah, M. 2017. Perbedaan kadar C-Reactive Protein pada demam akut karena infeksi dengue dan demam tifoid. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia. 3(3). https://doi.org/10.7454/jpdi.v3i3.24

Idrus HH. 2020. Buku demam tifoid hasta. Univesitas Muslim Indonesia.

Irawati L. 2008. Ekspresi Tumor Necrosis Factor-Alfa (TNF-a) dan Inter Leukin-10 (IL-10) pada infeksi malaria falciparum. Majalah Kedokteran Andalas. 1(18).

Iskandar MCC. 2017. Analisis penilaian penerapan manajemen kompensasi pada karyawan Universitas Bunda Mulia. Business Management Journal. 8(2). https://doi.org/10.30813/bmj.v8i2.698

Iswari S, Asmono N, Santoso U, Lina S. 1998. Pola kepekaan kuman Salmonela terhadap obat kloramfenikol, ampisilin dan kotrimoksazol selama kurun waktu 1979-1983. MajalahKedokteran Indonesia. 36:13–19.

Kalma. (2018). Studi kadar C-Reactive Protein (CRP) pada penderita diabetes milletus tipe 2. Jurnal Media Analis Kesehatan. 1( 64).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman pelayanan kefarmasian untuk terapi antibiotik - [pdf document]. https://fdokumen.com/document/pedoman-pelayanan-kefarmasian-untuk-terapi-antibiotik.html

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Rencana aksi program pencegahan dan pengendalian penyakit 2015-2019 (Revisi I - 2018). https://e-renggar.kemkes.go.id/file2018/e-performance/1-465827-3tahunan-755.pdf

Monica WS. 2011. perbedaan kualitas penggunaan antibiotik pada anak dengan demam tifoid di kelas III dan non kelas III. Jurnal Media Medika Muda.

Mustofa FL, Rafie R, Salsabilla G. 2020. Karakteristik pasien demam tifoid pada anak dan remaja. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 12(2).

Musyarrofah L. 2017. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien demam tifoid di Instalasi Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2017.

Nasri A, Nurrachmat H, Kartika AI. 2018. Uji konfirmasi widal positif O titer 1 / 160 dengan rapid test IgM anti Salmonella typhi pada penderita suspek demam tifoid. Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus. 1, 238–239, Semarang.

Naully PG. 2018. Panduan analisis laboratorium imunoserologi untuk D3 teknologi aboratorium medik. Stickes Ahmad Yani.

Novita Y. 2015. Prevalensi demam tifoid berdasarkan jenis kelamin pada pasien rawat jalan Di Rumah Sakit Uin Syarifhidayatullah Jakarta dari bulan Juli 2008 sampai Juli 2009. ournal of Chemical Information and Modeling. 53.

Nurlaila S. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan demam typhoid pada pasien yang dirawat di RSU Dr.Soedaarso Pontianak Kalimantan Barat. UniversitasMuhammadiyah Pontianak.

Nuruzzaman H, Syahrul F. 2016. Analisis risiko kejadian demam tifoid berdasarkankebersihan diri dan kebiasaan jajan di rumah. Jurnal Berkala Epidemiologi. 4(1).

Rahmat W. 2019. Demam tifoid dengan komplikasi sepsis : pengertian, epidemologi, atogenesis, dan sebuah laporan khusus. Jurnal Medical Profession.

Rangki L, Fitriani. 2019. Analisis faktor risiko kejadian demam typhoid. Jurnal KesehatanAl-Irsyad, 12(2). https://doi.org/10.36746/jka.v12i2.2

Santoso APR, Kawuri R, Besung INK. 2016. Potensi Salmonella typhi yang dilemahkan dengan sinar ultraviolet sebagai vaksin alternatif. Metamorfosa: Journal of BiologicalSciences. 3(1). https://doi.org/10.24843/METAMORFOSA.2016.v03.i01.p05

Selanno L. 2017. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan pencegahan penyakit demam tifoid Di Ruang Anak RSU Pancaran Kasih GMIM Manado. E-Jurnal ariputra. 4(1).

Setiana GP, Kautsa AP. 2016. Review artikel: perbandingan metode diagnosis demam tifoid comparison of methods for diagnosis of typhoid fever. Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Indonesia. 14(1).

Soedaroso A. 2007. Bag./Lab. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret/ RSUD Dr. Moewardi Sukarta. Jurnal Oftalmologi Indonesia.

Soeroso A. 2007. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Staff Pengajar Bagian Microbiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Edisi Revi). Penerbit Binarupa Aksara.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Dan R&D. Alfabeta.Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.

Velina VR, Hanif A, Efrida E. 2016. Gambaran hasil uji widal berdasarkan lama demam pada pasien suspek demam tifoid. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3). https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.602

Wardana IMTN. 2011. Diagnosa demam thypoid dengan pemeriksaan widal. Bagian/SMF Patologi Klinik Falkultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat anglah.

Yolanda SC. 2017. Hubungan kadar C-Reactive Protein dengan laju endap darah pada pasien widal positif. Undergraduate Thesis, Universitas Muhammadiyah Semarang.

Downloads

Published

2023-09-15

How to Cite

Djohan, H., Pristanty, D. Z. I., Tumpuk, S., Fatayati, I., & Sungkawa, H. B. (2023). GAMBARAN NILAI C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DEMAM TIFOID. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(9), 3943–3960. Retrieved from https://ejournal.nusantaraglobal.or.id/index.php/sentri/article/view/1533