RINTISAN ANJURAN BERKUDUNG OLEH MUHAMMADIYAH (1910-1931)

Authors

  • Krida Amalia Husna Universitas Khairun

Keywords:

Kudung, Muhammadiyah, Aisyiyah, Soeara Aisjijah

Abstract

KH. Ahmad Dahlan mendorong murid-murid perempuannya untuk mengenakan penutup kepala yang disebut sebagai kudung. Hal ini dianggap tidak wajar karena kudung masa itu umumnya hanya dikenakan oleh perempuan yang telah melaksanakan ibadah haji. Anjuran mengenakan kudung ini berlanjut setelah Muhammadiyah didirikan. Artikel ini berupaya mengungkapkan bagaimana anjuran mengenakan kudung dirintis sebelum adanya anjuran resmi mengenai pakaian Islami yang disampaikan dalam Kongres Muhammadiyah XX tahun 1931 dan bagaimana anjuran tersebut diterima di kalangan anggota Muhammadiyah. Penelitian dilakukan dengan metode sejarah. Sumber utama yang digunakan adalah Soeara Aisijah yang terbit antara tahun 1926-1932. Informasi dikumpulkan dari artikel, foto, dan iklan yang ditampilkan dalam majalah ini. Selain dari Soeara Aisjijah, data-data juga diambil dari media cetak sezaman lain dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rintisan anjuran ber-kudung dimulai oleh KH Ahmad Dahlan kepada murid-murid perempuannya melalui lembaga pendidikan yang kemudian menjadi rintisan berdirinya organisasi Muhammadiyah. Anjuran ini kemudian dilanjutkan dan semakin gencar dengan berdirinya Aisyiyah yang menaungi anggota perempuan Muhammadiyah. Majalah Soeara Aisjijah menjadi salah satu media penting dalam menyebarluaskan anjuran ini. Rintisan anjuran mengenakan kudung belum dapat diterima oleh semua anggota perempuan Muhammadiyah. Hal ini menimbulkan kritikan dari berbagai pihak yang kemudian mendorong adanya anjuran mengenai cara berpakaian bagi perempuan pada Congres Muhammadiyah XX

Downloads

Download data is not yet available.

References

Krida Amalia Husna. Gerakan Kudung Muhammadiyah Di Kota Yogyakarta (1912-1942). Tesis Magister Sejarah Universitas Gadjah Mada, 2016.

Muhammad Syoedja'. Cerita Tentang Kiyai Haji Ahmad Dahlan Catatan Haji Muhammad Syoedja'. Tanpa Tahun

Tutin Aryanti.” Shame and Borders: The Struggles for Muslim Women Education in Indonesia”. In Gender, Religion, and Education in a Chaotic Postmodern World, ed Zehavit Gross. New York: Springer, 2013.

Shosana-Rose Marzel. Dress and Ideology: Fashioning Identity from Antiquity to the Present. London: Bloomsbury,2015.

Ali Tantowi. “The Quest of Indonesian Muslim Identity Debates on Veiling from the 1920s to 1940s”. Journal of Indonesian Islam. Volume 04 Number 1 (June 2010): http://jiis.uinsby.ac.id/index.php/JIIs/article/viewFile/63/63.

http://kbbi.web.id/gerak

Koedoeng utawi Machramah”. Soeara Aisjijah. No 4. September 1927

Siti Wardanah, Penasehat Pimpinan Pusat Aisyiyah, 9 November 2015.

Abdul Munir MulkhaN. Kiai Ahmad Dahlan: Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan. Jakarta: Kompas, 2010.

Leila Ahmed. A Quiet Revolution: The Veil's Resurgence, from the Middle East to America. New Haven: Yale University Press, 2011.

Yedida K. Stillman. Arab Dress from the Dawn of Islam to Modern Times. Köln: Brill,2000.

Pimpinan Pusat Aisyiyah. “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Aiyiyah” Yogyakarta: Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tanpa Tahun.

Mrr Rofinah, “Machromah”, Taman Moeslimah, 20 Januari 1926.

Henk Schulte Nordholt. Outward Appearances. Alih bahasa oleh M. Imam Aziz. Yogyakarta: LkiS, 2005.

Djaldan Badawi. 95 Tahun Langkah Perjuangan Muhammadiyah Himpunan Keputusan Muktamar. Yogyakarta Lembaga Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2007.

Downloads

Published

2023-04-09

How to Cite

Husna, K. A. (2023). RINTISAN ANJURAN BERKUDUNG OLEH MUHAMMADIYAH (1910-1931). SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2(4), 1313–1321. Retrieved from https://ejournal.nusantaraglobal.or.id/index.php/sentri/article/view/749