Semiotika Topeng Amaq Abir dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter

Authors

  • Rapi Renda Fakultas Seni dan Desain, Universitas Bumigora, Mataram, Indonesia
  • Opan Satria Mandala Fakultas Seni dan Desain, Universitas Bumigora, Mataram, Indonesia
  • Baiq Larre Ginggit Sekar Wangi Fakultas Humaniora, Hukum dan Pariwisata, Universitas Bumigora, Mataram, Indonesia
  • Widiya Sukma Fakultas Seni dan Desain, Universitas Bumigora, Mataram, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.55681/jige.v5i4.3669

Keywords:

teater tradisional amaq abir, semiotika, Topeng Amaq Abir, Pendidikan Karakter

Abstract

This article aims to examine the meaning of the Amaq Abir mask in the traditional Amaq Abir theater performance and then revise it with character education. This research uses descriptive qualitative methods. The data in this study are the Amaq Abir masks used in traditional Amaq Abir theater performances. The Amaq Abir Mask is the mask used by players to play the main character in the show. The data sources in this research are Lalu Sahudirman as an activist or artist who preserves the Amaq Abir performing arts as well as the owner of the cultural library studio where the art is located, Lalu Mahir is the writer of Amaq Abir scripts or stories, and Lalu Sahibi is an Amaq Abir actor who is also a cultural figure. or artists who observe art. The research setting was carried out in Marong Village, Nyampe Hamlet, East Praya District, Central Lombok Regency, West Nusa Tenggara. Data analysis in this study used Charles S. Pierce's semiotics. The results of the research found that the meaning of the Amaq Abir mask, based on analysis using semiotics, contained four sign objects on the mask, namely big eyes, thick mustache, pink color, big nose. The results of this research are relevant to the five values ​​of character education, namely, nationalist, religious, mandir, mutual cooperation and integrity.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Achmad, K. (1990). Pendidikan Seni Teater: Buku Guru Sekolah Menengah Atas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Achmad, K. (2006). Mengenal Teater Tradisional di Indonesia. Dewan Kesenian Jakarta.

Akanfani, L.F., dkk. (2022). Tari Topeng Betawi: Kajian Filosofi dan Kajian Simbolis. Geter Jurnal Seni Drama Tari Dan Musik, 5(2).

Apriawan, A & Hilmi, Z., M. (2022). Makna Pertunjukan Kesenian Gendang Beleq pada Masyarakat Sasak Kontemporer (Desa Bujak Kecamatan Batukliang Lombok Tengah). Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan (JISIP), 6(1).

Atsar, A. (2017). Perlindungan Hukum Terhadap Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Tradisional untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat ditinjau dari Undang-Undang No. 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan dan Undang- Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Jurnal Law Reform, 13(2).

Azizah, Y., N. (2019). Eksistensi Gamelan Amak Aber di Desa Mendane Raya Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur. Tamumatra Jurna Seni Pertunjukan, 2(1).

Cahyani, D. . (2015). Karakteristik Topeng Dongkrek Sanggar Krido Sakti Di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun. Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 3(2).

Creswell, W. J. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Terjemahan Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Pustaka Pelajar.

Creswell, W. J. (2018). 30 Keterampilan Esensial untuk Penelitian Kualitatif. Terjemahan dari 30 Essential Skills for The Qualitative Researcher. Pustaka Pelajar.

Endraswara, S. (2014). Metode Pembelajaran Drama: Apresiasi, Ekspresi, dan Pengkajian. CAPS.

Fahrudin, Z & Safar, A. K. (2021). Reinterpretasi “Maqom Karomah” di Tengah Masyarakat dalam Kajian Semiotik Charles Sanders Peirce. JOEL Journal of Educational and Language Research, 1(3).

Kaelan. (2010). Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Paradigma.

Kartini, Deni, F. I & Jamil, K. (2022). Representasi Pesan Moral dalam Film Penyalin Cahaya (Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce). Siwayang Journal, 1(3).

Mahir, L. (2024). Wawancara: Penulisan Cerita Drama Tradisional Amaq Abir.

Malna, A. (2019). Teater Kedua: Antologi Tubuh dan Kata. Kalabuku.

Marijo, S. (2023). Estetika Timur dalam Teater Tradisional Kemidi Rudat Lombok. Jurnal Pendidikan Seni & Seni Budaya, 8(2).

Murahim. (2011). Nilai-Nilai Budaya Sasak Kemidi Rudat Lombok: Perspektif Hermeneutika. Mabasan, 5(2).

Nafsika, S.S & Huda, S. A. (2021). Persfektif Semiotika dan Semantik pada film Salam dari Kepiting Selatan. Jurnal Irama, 3(2).

Nalan, S. A. (2017). Dramawan dan Masyarakat: Paradigm Sosiologi Seni. Ombak.

Raharjo, R.P, dkk. (2018). Semiotics in Wayang Topeng Tengger Show. Atlantis Press, 222.

Rosiana, F.F & Arsih, U. (2021). Makna Simbolik Tari Topeng Tumenggung Gaya Slangit Cirebon. Jst, 10(1).

Sahibi, L. (2021). Wawancara: Makna filosofis pada Pertunjukan Teater Tradisional Amaq Abir.

Sahudirman, L. (2024). Wawancara: Eksistensi Kesenian Amaq Abir.

Yohannes, B. (2017). Metode Kritik Teater: Teori, Konsep, dan Aplikasi. Kalabuku.

Yustika,T, dkk. (2024). Makna Ragam Hias Topeng Kayu Labuapi Lombok dan Implementasinya Pada Modul Materi Pembelajaran Seni Budaya SMP. Journal of Mandalika Literature, 6(1).

Yustika T, dkk. (2024). Mengkaji Makna Ragam Hias Topeng Kayu Labuapi Lombok Barat. Journal of Mandalika Literature, 5(3).

Zebua. E. (2022). Pendidikan Karakter dalam Pertunjukan Seni Teater “Bangku Kayu dan Kamu yang Tumbuh di Situ” Sutradara Yusril. Jurnal KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra Dan Pengajaran), 6(1).

Zuhri, I. M. (2018). Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Teater Amaq Abir di Sanggar Pustaka Budaya Desa Marong Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah. Tamumatra Jurna Seni Pertunjukan, 1(1).

Downloads

Published

2024-12-23

How to Cite

Renda, R., Mandala, O. S., Wangi, B. L. G. S., & Sukma, W. (2024). Semiotika Topeng Amaq Abir dan Relevansinya dengan Pendidikan Karakter. Jurnal Ilmiah Global Education, 5(4), 2614–2626. https://doi.org/10.55681/jige.v5i4.3669